Mengejar Kekuasaan, Kenikmatan dan Kekayaan

Suatu ketika, seorang kaya datang kepada seorang guru yang saleh. Dia bertanya kepada guru tersebut: “guru, gimana caranya agar aku dapat hidup tenang, damai dan aman?” “mengapa anda bertanya demikian?” Bukankah semuanya telah tercukupi bagimu?” tanya sang guru. Meskipun aku kaya, berkuasa, dan beristri banyak, aku tetap selalu merasa haus, ” jawabnya kepada sang guru. “Baiklah, datanglah besok ke tepi pantai tepat pada siang hari, ketika engkau sangat kehausan!” perintah sang guru. Keesokkan harinya, dia mendatangi sang guru yang sedang menantinya di tepi pantai. “Apa yang harus saya lakukan, guru?” “sekarang, masuklah ke laut, dan minumlah air laut!” Dia pun mengikuti perintah sang guru, masuk ke dalam laut dan mulai meminum air laut. Apa yang terjadi? Semakin dia meminumnya, semakin dia merasa kehausan sekali, dahaganya tidak pernah terpuaskan.

Hari itu, ia pulang ke rumahnya sembari membawa pelajaran yang amat berharga bahwa kekayaan, kekuasaan, dan kenikmatan, semakin dikejar semakin membuatnya dahaga…seperti dia mereguk lautan ketika ia sangat kehausan.

Urat Nadi Naga

Pada jaman Tiongkok kuno, hiduplah seorang master Feng Shui[1] (hongshui) yang sangat piawai namun berhati jahat, dia mencurahkan seluruh hidupnya untuk mencari “urat nadi naga”[2] yang legendaris seperti yang disebutkan dalam buku-buku kuno.

Suatu hari ia melakukan sebuah perjalanan ke sebuah tempat yang terpencil. Setelah menaiki satu bukit ke bukit yang lain, dibawah terik matahari dan sulit mendapatkan air, ia benar-benar kecapekan dan kehausan.

Akhirnya ia dari kejauhan melihat sebuah bangunan yang hampir roboh dikelilingi tembok, dengan bergegas ia berlari ke bangunan tersebut dan mengetuk pintunya.

Setelah menunggu agak lama, seorang wanita tua membuka pintu. Langsung ia memohon sambil mengusap keringat yang bercucuran di keningnya karena tersengat matahari sepanjang hari, ”Nenek, bolehkah saya minta seteguk air untuk minum?” Wanita tua itu melihat wajah master Feng Shui yang penuh semangat, dan nadi leher yang tenggelam oleh panas matahari. “Tunggulah”, katanya, lalu ia membalikkan badannya, pergi perlahan meninggalkan Master Feng Shui itu tanpa mempersilahkan masuk.

Setengah hari telah berlalu, baru saja si Master Feng Shui itu telah hilang kesabarannya, wanita tua itu kembali dengan membawa semangkok air ditangannya. Segera saja Master Feng Shui itu meraih mangkok dari tangan nenek tua itu dan seketika hendak meneguk habis air dalam mangkok itu, namun ia menemukan beberapa sekam mengapung diatas air. Ia menjadi sangat marah, namun karena ia begitu haus, dengan enggan ia meniup sekam itu ke pinggir mangkok dan meminumnya dengan perlahan.

Ia berpikir: ”Orang tua ini sungguh sangat tidak ramah, dan juga pelit; ia bahkan tak memberiku semangkok air yang bersih. Biarlah, aku akan memberinya pelajaran…” Master Feng Shui memutuskan hatinya dengan bulat, dan berkata pada wanita tua itu:”Nenek, terima kasih airnya, tetapi saya tak punya apapun untuk menggantinya. Saya adalah seorang master Feng Shui, bagaimana kalau saya memilihkan tempat pemakaman yang paling sesuai untuk nenek, sehingga dapat beristirahat dengan tenang bila kelak waktunya telah tiba.”

Wanita itu mengikuti master Feng Shui ke sebuah bukit yang terdekat, dan master itu mengeluarkan penunjuk arah Feng Shui nya. Setelah lama melakukan pengukuran dan pengamatan, akhirnya ia menggambar sebuah tanda silang di tanah dan berkata pada wanita tua itu,”Inilah tempat yang paling menguntungkan, nenek dapat beristirahat disini bila waktumu tiba.” “Bagus”, kata nenek menerima saran Master Feng Shui itu, dan berkata,”Anda sebaiknya lekas-lekas pergi sebentar lagi akan ada badai.”

Sepuluh tahun kemudian, si master Feng Shui itu melewati lagi tempat yang dulu ditunjuknya. Ia teringat wanita tua yang dulu ditemuinya serta tempat pemakaman yang ditunjuknya untuk wanita tua itu. Sebenarnya tempat yang dipilihkan dia merupakan sebuah tempat terlarang dan membawa sial. Dengan kata lain, ketika wanita tua itu dimakamkan disana, keluarga yang ditinggalkannya akan tertimpa malapetaka. Master Feng Shui itu telah sampai dilokasi pemakaman, dengan cepat ia mengenali batu nisan yang berdiri ditempat yang dulu ia pilihkan untuk pemakaman nenek tua itu.

Si Master Feng Shui itu melihat sekeliling dan mendapati bangunan rusak yang dulu dia lihat sudah tidak ada lagi disana, kemudian dia menuruni bukit itu, tempat yang dulu terpencil itu kini telah berubah menjadi sebuah kota kecil yang sibuk. Ia menuruni bukit dan mengetuk pintu rumah yang paling mewah dikota itu. Seorang anak muda membukakan pintu dengan hangat dan mempersilakannya masuk.

Master Feng Shui itu menanyakan bangunan yang telah rusak dan perihal nenek tua yang dulu ditemuinya. Pemuda itu dengan antusias bertanya:”Andakah master Feng Shui itu? Nenek meninggal sesaat anda pergi, dan mengatakan perihal anda sebelum meninggal. Dia bersikeras meminta untuk dikuburkan ditempat yang anda pilihkan, dia bilang karena anda telah memilihkan dengan susah payah.”

Pemuda itu membawakan semangkok air sambil berkata, ”Minumlah air ini dengan pelan-pelan, jangan meminumnya dengan tergesa-gesa, anda baru saja menempuh perjalanan jauh dibawah terik matahari. Itulah yang selalu nenek katakan. Saya berharap anda tidak marah seperti 10 tahun yang lalu ketika ia memberi anda air untuk diminum.

Nenek selalu menaruh beberapa butir sekam kedalam air setiap kali pengembara datang dan meminta air, agar orang tersebut tidak meminumnya dengan tergesa-gesa sehingga tidak membahayakan keselamatannya. Begitu mendengar perkataan ini, si Master Feng Shui ini hampir saja pingsan. Sungguh sangat disayangkan, sudah sangat terlambat untuk memperbaikinya.

Akan tetapi, melihat kehidupan keluarga ini demikian makmur, si Master Feng Shui ini tak habis pikir. Ia berkata pada dirinya sendiri,”Apakah aku telah melakukan kesalahan saat itu? Sungguh tidak mungkin.”

Dengan ditemani si pemuda itu, Master Feng Shui kembali mengunjungi lokasi pemakaman nenek tua itu. Ia mengeluarkan kompas Feng Shui nya, dan dengan cermat diukurnya berulang-ulang. “Mustahil, mustahil”, gumam Master Feng Shui itu yang semakin penasaran. Mungkinkah ini “urat nadi naga” yang telah dia impikan selama bertahun-tahun? Pemuda itu lalu menceritakan peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu. “Tak lama setelah anda pergi, tempat ini dihajar angin topan, hujan lebat terjadi selama 3 hari tanpa henti. Banjir bandang menghanyutkan semuanya termasuk bangunan yang rusak itu.”

“Ketika banjir telah surut, keluarga kami harus membangunnya mulai dari nol lagi. Seperti yang anda lihat, tempat asli dari bangunan tua itu sekarang telah berubah menjadi rumah yang paling menonjol. 10 tahun yang lalu, hanya ada beberapa rumah disini, sekarang tempat ini telah menjadi sebuah kota kecil yang indah, terimakasih untuk anda ….”

“Lama sebelum nenek saya meninggal, perlu dilakukan sesuatu untuk menemukan kembali lokasi yang telah anda pilihkan untuknya. Nenek bilang, keluarga kami akan menjadi sangat beruntung bila nenek dimakamkan dilokasi ini,” lanjut pemuda itu.

Sebenarnya perhitungan si Master Feng Shui ini sedikit pun tidak meleset, tempat dimana ia menggambar tanda silang benar-benar bukan tempat yang memberi keberuntungan. Akan tetapi, banjir telah merubah topografi disekitar tempat itu, dan merubahnya menjadi “urat nadi naga”.

Sebagaimana terdapat sebuah perkataan,”Yang mendiami tanah penuh berkah adalah dia yang telah diberkahi dan begitu pula sebaliknya. Apa yang telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya, maka dia akan mendapatkan apa yang patut dia dapatkan. (The Epoch Times/tnm)

Catatan :
[1] Secara harfiah Feng Shui berarti “angin dan air”, dihitung berdasarkan bentuk dan ukuran dari topografi bumi, gunung, lembah dan aliran sungai, serta arah dan ketinggian yang tercipta oleh interaksi timbal balik kedua kekuatan alam ini. Ilmu perhitungan geografi bumi Tiongkok kuno ini telah berkembang menjadi ilmu praktik yang bercampur dengan kepercayaan mistis, astrologi, cerita-cerita rakyat serta pemahaman umum dalam mengatur penempatan dan orientasi ruang untuk mendapatkan keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
[2] Urat Nadi Naga – menurut teori Feng Shui, garis energi yang terletak disisi rantai pegunungan disebut sebagai urat nadi naga, dan lokasi yang paling menguntungkan berada di akhir barisan pegunungan itu

Memperkecil Garis

Seorang guru membuat garis sepanjang sepuluh sentimeter diatas papantulis, “Anak-anak, coba perkecil garis ini.”

Johny maju kedepan, ia menghapus dua senti dari garis itu. Tadinya sepuluh senti, sekarang menjadi delapan senti. Pak Guru mempersilakan Toni. Ia pun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal enam senti. Soni dan Moni pun maju kedepan, sekarang garis itu tinggal dua senti.

Terakhir, Si Bijak maju kedepan – Ia membuat garis yang lebih panjang, sejajar dengan garis yang pertama yang tinggal dua sentimeter. Pak Guru menepuk bahunya, “Kau memang Bijak. Untuk membuat garis itu menjadi kecil, tidak perlu menghapusnya cukup membuat garis yang lebih besar dan garis pertama menjadi kecil dengan sendirinya.”

‘JANGAN MENJELEK-JELEKKAN ORANG LAIN. JADILAH LEBIH BAIK!’

Menyulam Kain

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.” Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian,aku mendengar suara ibu memanggil; ” anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. ”

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata:”Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya.

Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan. Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; “Allah, apa yang Engkau lakukan? ” Ia menjawab: ” Aku sedang menyulam kehidupanmu.” Dan aku membantah,” Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang – benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?” Kemudian Allah menjawab,” Anakku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.”