Pertemuan Dengan 2 Orang Super di Jembatan Setiabudi

Siang ini February 6, 2008 , tanpa sengaja ,saya bertemu dua manusia super. Mereka mahluk mahluk kecil , kurus ,kumal berbasuh keringat. Tepatnya diatas jembatan penyeberangan setia budi , dua sosok kecil berumur kira kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue diujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan “Terima kasih Oom !”.

Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan Cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk kearah mereka.
Kaki – kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan , menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka . Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan .

Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta .

” Terima kasih ya mbak .semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama siwanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah .

” Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? ” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.

” Oom boleh tukar uang nggak , receh sepuluh ribuan ?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka . sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah .

” Nggak punya , tukas saya !” lalu tak lama siwanita berkata ” ambil saja kembaliannya , dik !” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya kearah ujung sebelah timur.

Anak ini terkesiap , ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan
uang empat ribu rupiah tadi. Siwanita kaget , setengah berteriak ia bilang ” sudah buat kamu saja , nggak apa..apa ambil saja !”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. ” maaf mbak , Cuma ada empat ribu , nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !” Akhirnya uang itu diterima siwanita karena sikecil pergi meninggalkannya.

Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya . mereka menghampiri saya dan berujar ” Om , bisa tunggu ya , saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !”.

” eeh .nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !” saya kasih uang itu ke sikecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.

Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya , ” Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar ”

” Nggak apa apa , itu buat kalian ” Lanjut saya

” jangan ..jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga ” anak itu bersikeras

” Sudah ..saya Ikhlas , mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat , secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.

” Ini deh om , kalau kelamaan , maaf ..” ia memberi saya delapan pack tissue

” Buat apa ?” saya terbengong

” Habis teman saya lama sih Om , maaf , tukar pakai tissue aja dulu ” walau dikembalikan ia tetap menolak .

Saya tatap wajahnya , perasaan bersalah muncul pada rona mukanya . Saya kalah set , ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya . Beberapa saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu , dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.

“Terima kasih Om , !”..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan ” Duit mbak tadi gimana ..? ” suara kecil yang lain menyahut ” lu hafal kan orangnya , kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin…” percakapan itu sayup sayup menghilang , saya terhenyak dan kembali kekantor dengan seribu perasaan.

Tuhan ..Hari ini saya belajar dari dua manusia super , kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh , mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra , mereka tahu hak mereka dan hak
orang lain , mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang Tissue.

Dua anak kecil yang bahkan belum baligh , memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia.

YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO

Saya membandingkan keserakahan kita , yang tak pernah ingin sedikitpun berkurang rizki kita meski dalam rizki itu sebetulnya ada milik orang lain .

“Usia memang tidak menjamin kita menjadi Bijaksana , kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak”

Semoga pengalaman nyata ini mampu menggugah saya dan teman lainnya untuk lebih SUPER…

Pengalaman Nyata Pramugari China Airline

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayanipenumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking ,penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkulsebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saatitu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesanpertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah majuseorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketikamelewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, diaduduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karungtua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikantangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatasbagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannyaduduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat diaduduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan jugaditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah diasakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilettetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takutmerusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya danmenyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saatmenyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik kepenumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannyakami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kamimengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah,kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini denganspontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkankepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidakpercaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa hausdan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidakdiladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghematbiaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandarabaru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapatmeminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupunkebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenangmeminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik,putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliahditingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemputkedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orangtua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali kedesa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunyadi Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobilbegitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemanibapaknya bersama-sama ke Peking , tetapi ditolak olehnya karenadianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikerasdapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anakbungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruhmenitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikerasmembawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebutakan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur,akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasitempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakankarung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, diaselalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi diatetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudahsangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil diamenanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakanmakanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernahmelihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebutuntuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimataseorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, denganterharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kamibagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akankami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolakpemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakantidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulustersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaranberharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapisiapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, diayang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintupesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidakbisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembahkami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakanbahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yangbegitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidakmemandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik,saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangisdia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya danmenyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluardari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpangsudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain,tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanyamenjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yangkami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tuayang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkanterima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering danmenahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidakbersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebutmembuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangatberharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang daripenampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.

Kisah Semut dan Manusia

Suatu hari, ada sekelompok semut sedang sibuk bekerja di bawah terik matahari, saat itu dalam perjalanan pulang sekolah si Toto kecil berjongkok mengamati para semut, bayangan tubuhnya telah menutupi sinar matahari.

Para semut pun bertanya dengan panik, apa yang telah menutupi sinar matahari??

Semut A berkata, “Sepertinya ada suatu makhluk hidup yang luar biasa besarnya, mungkinkah itu makhluk hidup yang disebut-sebut dalam legenda yang derajatnya jauh lebih tinggi daripada semut, yang disebut Manusia ?”

Semut B berkata, “Memang ada legenda kuno seperti itu. Tapi saya tidak percaya. Kalau memang hebat, coba kamu carikan seorang Manusia agar bisa saya lihat, setelah itu baru saya akan percaya.”

Para semut pun ramai membicarakannya, ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya. Namun, legenda mengenai keberadaan Manusia terus tersebar luas di segala penjuru liang semut.

Berita itu pun tersebar sampai ke telinga Raja semut, Raja semut sangat murka, “Apa! Makhluk hidup apa yang mampu melebihi aku Sang Raja semut yang tinggi tiada banding! Siapa itu Manusia ? Ini semua takhyul! Cepat turunkan titah! Seluruh rakyat harus lebih giat belajar teori Mengutamakan 3 Hal dari Raja, yaitu: Mengutamakan ilmu pengetahuan, Mengutamakan produksi dan Mengutamakan Raja semut.”

Lalu Sang Raja semut pun menggelar kegiatan propaganda besar-besaran untuk mengedepankan ilmu pengetahuan dan menentang takhyul. Berbagai papan reklame yang bertuliskan Mengedepankan ilmu pengetahuan, menentang takhayul dan Kita harus menempatkan Raja semut sebagai pusat, memperkuat pembangunan ekonomi semut kita, dipasang dimana-mana. Akan tetapi, legenda tentang adanya Manusia telah tertanam sangat dalam di hati setiap semut, tidak dapat dirubah dengan propaganda.

(INTERNET)
Raja semut yang mengetahui hal ini, berteriak dengan menggila, “Aku tidak percaya paham tidak ada Manusia tidak mampu mengalahkan paham ada Manusia. Ajarkan doktrin ini mulai dari semut balita!”

Seluruh semut yang ada di dalam segenap pelosok liang semut yang percaya adanya Manusia harus menentukan pilihan mereka di antara nyawa dan kepercayaan mereka, semut kecil pada ujian kelulusan mereka harus dapat menjawab soal-soal : Manusia lebih baik, atau Raja semut yang lebih baik ?

Tak terasa hari pun telah beranjak sore, si Toto kecil pun beranjak pergi karena perutnya sudah keroncongan.

Tapi tanpa sengaja, si Toto telah menginjak mati Sang Raja semut.

Dan gerombolan semut yang menyedihkan dan dikungkung itu pun masih belum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi, mereka masih memikirkan di dunia apakah ada sejenis makhluk hidup yang disebut Manusia itu.

Di dunia ini hidup banyak sekali manusia, akan tetapi para semut justru tidak dapat melihatnya, juga tidak percaya, bukankah hal ini sangat menggelikan?

Raja semut di dalam cerita ini tidak dapat menerima adanya pemikiran bahwa manusia lebih bijak dan agung dibandingkan dengan si Raja semut, ia memaksakan pada semua untuk tidak percaya pada keberadaan manusia, benar-benar suatu kebodohan dan perbuatan jahat.

Lalu mengapa para semut tidak dapat melihat, dan tidak percaya bahwa manusia itu ada?

Jawabannya adalah karena semut dan manusia hidup pada dunia yang berbeda, melalui mata semut itu tidak dapat melihat dengan jelas dunia manusia, dengan pengalaman para semut juga tidak mampu membayangkan kehidupan manusia.

Kita sebagai umat manusia, apakah mungkin karena para semut tidak percaya, lalu berarti manusia itu benar-benar tidak ada? Tentu saja tidak kan.

Dalam proses kehidupan manusia, akan bertemu dengan banyak hal yang tidak jelas terlihat oleh kita, hal yang tidak kita mengerti, atau yang tidak kita pahami, juga yang sulit kita percayai, pada saat itu ingatlah kembali cerita ini, janganlah melakukan kesalahan yang sama dengan para semut !

(disadur dari buku Fu Bao Bao /leng)

Janji Bertemu Karena Cinta

Jam 6 kurang 6 menit, kata jam bundar besar diatas meja informasi di Stasiun KA Grand Central. Letnan Angkatan Darat bertubuh jangkung & muda usia yang baru datang dari arah rel kereta mengangkat wajahnya yang tebakar matahari & matanya memicing untuk melihat waktu yang tepat. antungnya berdebar keras sehingga mengejutkannya karena ia tak dapat mengendalikannya. 6 menit lagi, ia akan bertemu dengan wanita yang telah mengisi tempat istimewa dalam hidupnya selama 1 bulan ini, wanita yang belum pernah ia lihat, tapi yang kata­-kata tertulisnya telah menemani & senantiasa menabahkan hatinya. Ia berdiri sedekat mungkin ke meja informasi.

Letnan Steven teringat suatu malam ia bermimpi pesawatnya terperangkap di tengah sekelompok tentara Nazi. Ia melihat wajah salah seorang pilot musuh yang menyeringai. Dalam salah satu suratnya, ia mengakui pada sahabat penanya ini bahwa ia sering merasa takut, dan hanya beberapa hari sebelum pertempuran itu, ia menerima jawaban surat dari kekasihnya: “Tentu saja kamu takut..semua pria pemberani pun begitu. Lain kali, saat kamu meragukan dirimu, aku ingin kamu mendengar suaraku membacakan puisi ini “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab ALLAH besertaku”. Dan ia ingat; ia mendengar khayalan suaranya, dan suara itu memperbaharui kekuatan dan keterampilannya. Sekarang ia akan mendengar suara aslinya.

Pukul enam kurang empat. Wajahnya semakin tegang. Tiba2, seorang gadis mendekatinya, dan Letnan Steven tersentak. Gadis ini memakai sebuah bunga merah pada kelepak jasnya, tapi bunganya adalah bunga buncis merah, bukan mawar merah kecil yang sudah mereka sepakati. Lagipula, gadis itu terlalu muda, sekitar 18, sedangkan Linda Rose kekasihnya waktu itu mengatakan bahwa ia berumur 30. Pikirannya kembali pada saat pertama kali ia mengenal kekasihnya dari sebuah buku­buku yang pasti ditaruh sendiri oleh Tuhan ke dalam tangannya dari antara ratusan buku perpustakaan Angkatan Darat yang dikirim ke kamp latihan Florida. Of Human Spirit, judulnya; dan di seluruh buku itu ada catatan yang ditulis dengan tulisan wanita. la selalu membenci kebiasaan mencoret-coret buku, tapi kata-kata ini berbeda. Ia tak pernah menyangka bahwa seorang wanita dapat memandang ke dalam hati seorang pria dengan begitu lembut, begitu pengertian. Namanya ada pada sampul: Linda Rose. la mencari buku telepon New York City dan menemukan alamatnya. la menyuratinya, dan wanita itu membalas. Hari berikutmya ia dikirim ke medan perang, tapi mereka melanjutkan surat-menyurat. Selama 13 bulan, wanita itu dengan setia membalas, dan lebih dari sekedar membalas. Saat surat si letnan tidak tiba, wanita itu tetap menulis dan sekarang si letnan yakin bahwa ia mencintai wanita itu dan wanita itu mencintainya.

Tapi wanita itu menolak semua permintaannya untuk mengirimkan fotonya. Tentu saja hal tersebut kurang baik.Tapi ia menjelaskan “Kalau perasaanmu terhadapku sungguh-sungguh, berdasarkan ketulusan hati, wajahku tidak akan menjadi masalah. Misalnya aku memang cantik. Aku akan selalu dihantui perasaan bahwa kamu mengambil keputusan berdasarkan hal itu, dan cinta semacam itu membuatku jijik. Misalkan aku biasa-biasa saja (dan kamu harus mengakui bahwa ini lebih mungkin), lalu aku akan selalu cemas bahwa kamu terus menyuratiku karena kamu kesepian dan tak punya orang lain. Jangan, jangan minta fotoku. Kalau kamu datang ke New York, kamu bisa menemuiku, lalu kamu dapat mengambil keputusan. Ingat, kita berdua bebas untuk menghentikan atau melanjutkan persahabatan kita-apa pun yang kita pilih..” Pukul 6 kurang satu- hati Letnan Steven berdebar keras.

Tiba2, seorang wanita muda yang cantik melangkah ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan ramping; rambut pirangnya mengikal dari telinganya yang indah. Matanya biru bagai bunga. Bibir & dagunya tegas namun lembut. Dalam pakaian hijau muda, ia tampak seperti penjelmaan musim semi. Ia melangkah ke-arah wanita itu, namun sekali lagi ia salah, ia benar2 lupa bahwa wanita itu bukanlah kekasihnya karena tak memakai bunga mawar merah di dadanya sesuai janji yg mereka sepakati. Dan dibelakang wanita cantik berbaju hijau itu, ia melihat Linda Rose, kekasih yang belum pernah dilihatnya. Sejenak Letnan Steven tertegun, ia melihat seorang wanita tua berusia 50 an, rambutnya beruban, memakai topi tua & tubuhnya sangat gemuk. Benarkah wanita ini Linda Rose kasihku? tapi ia benar memakai mawar merah kecil di dada.

Gadis cantik berbaju hijau tadi bergegas pergi. Steven merasa seakan hatinya terbelah. Ingin sekali ia mengikuti perginya wanita cantik berbaju hijau tadi. Namun begitu dalam kerinduannya menemui Linda Rose, kekasih yang belum pernah dilihatnya, yang telah menemani & mcndukung jiwa & semangatnya yang sekarang berdiri didepannya sambil tersenyum2. Wajahnya yang montok pucat terlihat lembut & bijak, ia melihat mata yang berkelip hangat & ramah. Letnan Steven tak ragu lagi, ia menggenggam buku Of Human Spirit berkulit biru usang yang menjadi cirinya untuk menemui kekasihnya itu menyapanya.

Ini mungkin takkan menjadi cinta, tapi akan menjadi suatu pertemuan yang berharga daripada kisah cinta biasa yang semuanya akan ia syukuri. Letnan Steven menegakkan bahunya yang lebar, memberi hormat & menyodorkan buku itu pada si­wanita. Meski sebenarnya ada sedikit rasa kecewa, namun ia tetap bicara : “Saya Letnan Steven, dan ibu pasti Rose. Saya senang kita bisa ketemu. Bolehkah saya ajak ibu makan malam sesuai janji kita?”

Wajah wanita tua itu tersenyum sabar & berkata “Nak, ibu tak tahu ini masalah apa? tapi wanita cantik berbaju hijau yang baru saja lewat itu memohon padaku agar memakai mawar ini di dadaku & meminta ibu menemuimu Dan katanya, kalau kamu mengajak ibu makan malam, maka ibu harus memberitahu bahwa ia menunggumu di rumah makan besar di seberang jalan. Ini adalah ujian katanya, karena ibu juga punya 2 anak yang jadi tentara seperti kamu. Jadi ibu tak keberatan menolongnya.” .
“Cepatlah Nak, ia menunggumu”

Nasib Ayam Jago Muda

Ini kisah tenteng sebuah peternakan ayam, dimana ada 25 ayam betina dan 1 ayam jago yang murnya sudah tua sekali.

Karena merasa ayam jago yang tua tadi sudah melewati masa produktifnya, si pemilik peternakan memutuskan untuk membeli 1 ayam jago lagi yang masih muda. Tentu saja hal ini membuat si ayam jago tua menjadi merasa tersaingi.

“Eh, kamu jangan serakah. Ayam betina disini ada 25 ekor. Kamu boleh ambil yang 15, sisanya biar untukku,” pesan si jago tua kepada ayam jantan yang baru datang.

“Tidak bisa. Kamu kan sudah tua dan loyo. Pokoknya semua buat aku aja,” kata si ayam jantan yang lebih muda.

“Kalau begitu kita berlomba saja, siapa yang menang boleh ambil semua ayam betina yang ada disini,” ajak si jago tua.
“Boleh saja! Mau lomba apa?”
“Lomba lari 100 m.”
“Oke, nggak masalah.”

Si jago tua terdiam sejenak. “Tapi karena aku sudah tua, aku minta untuk lari dulu didepanmu 25 meter. Berani?”
“Siapa takut?” ujar ayam jantan muda yakin.

Lomba lari dimulai. Ayam jago tua lari dulu 25 meter baru kemudian ayam yang muda lari menyusul dengan kecepatan dua kali lipat.
Sewaktu hampir melewati si ayam tua, si ayam jago muda tiba-tiba menggelepar dan mati seketika karena ditembak oleh sang pemilik.
Sambil memungut bangkai ayam muda tadi, si pemilik menggerutu, “Sial! ini ayam jago homo kesepuluh yang aku beli bulan ini. Bukannya mengejar betina, malah mengejar ayam jago tua ini!”

Jin di Rumah Mewah

Pasangan muda suami istri Bambang dan Siska sedang bermain golf di sebuah lapangan yang dikelilingi oleh perumahan mewah. Rata-rata harga rumah di kawasan itu 5 milyar rupiah.

“Sis, ati-ati kalo mukul bola, jangan sampai kena kaca rumah orang. Kita bisa bangkrut kalau harus mengganti kaca rumah mewah di sekitar sini,” kata Bambang. Tapi malang, ayunan stick Siska yang kuat ternyata tidak terarah dengan baik dan akhirnya …praaanggg!!!!!….bola golf itu mengenai kaca rumah paling mewah di dekat situ.

Bambang dan Siska berlari-lari ke arah rumah mewah tersebut. Mereka terkejut ketika sampai di pintu ruang tamu. Tidak hanya kaca-kaca yang berserakan, pot-pot keramik Cina dan vas bunga juga pecah.

“Aduuuh…maaf Pak, istri saya nggak sengaja,” kata Bambang kepada seorang Bapak yang tampak duduk dengan tenang.

“Nggak apa-apa,” kata Bapak itu. “Saya seharusnya berterima kasih pada anda berdua karena telah membebaskan saya dari belenggu vas bunga kuno buatan Cina itu. Saya sebenarnya adalah jin. Nah, sebagai ucapan terima kasih,saya akan meluluskan tiga permintaan. Satu untuk anda, satu untuk istri anda, dan satu lagi untuk saya sendiri,” ujar Bapak itu dengan mimik serius dan berwibawa.

“Apa permintaan anda?” tanyanya.
“Saya ingin rekening saya setiap bulan terisi 1 milyar rupiah, sepanjang hidup saya,” pinta Bambang.
“Bimsalabim…sudah terlaksana! Silakan cek rekening anda mulai bulan depan,” kata Bapak itu.

“Dan apa permintaan anda, nona cantik?” tanya Bapak itu pada Siska.
“Saya minta mobil dan perhiasan paling mewah yang ada di muka bumi,” katanya. “Bimsalabim….sudah terlaksana juga! Bisa dilihat mulai besok pagi,” kata Bapak itu lagi.

Bambang dan Siska girang bukan main.
“Lalu, permintaan Bapak Jin sendiri apa?” tanya Bambang penasaran.

“Begini…ehm…saya ingin bercinta sepanjang hari ini bersama istri anda,” jawab Bapak itu. Bambang dan Siska terkejut bukan main. Tapi karena jin itu sudah bermurah hati memberikan mereka segalanya, maka Bambang mengijinkan Siska menemani jin tersebut.

Singkat cerita, mulai pagi itu hingga sore harinya, Siska harus melayani kebutuhan seks Bapak Jin. Menjelang malam, Bapak itu mengijinkan Siska pulang. “Terima kasih, kamu hebat sekali,” katanya sambil mengedipkan mata.

“Ngomong-ngomong, berapa usia kamu dan suami kamu?”

“Saya 25 tahun, Pak,” kata Siska.

“Hah, 25 tahun? Umur 25 tahun kok masih percaya sama jin sih?” kata Bapak itu.